Listeria monocytogenes: Agen Food-Borne yang Perlu Diwaspadai

Kita tentu telah mendengar adanya outbreak Listeria di Australia pada awal Maret 2018 dengan 13 orang korban dan 4 korban meninggal dunia yang diakibatkan oleh adanya kontaminasi pada melon kuning (rockmelon) (Anonim, 2018a). Outbreak Listeria terbesar saat ini terjadi di Afrika Selatan dengan korban jiwa 183 orang dan hampir 1000 kasus dilaporkan sejak Januari 2017 hingga Maret 2018. Penyebab dari outbreak ini diperkirakan adalah produk daging menyerupai sosis yang dikenal sebagai polony hasil produksi dari Tiger’s Enterprise Food. Selain itu, investigasi juga dilakukan di pabrik RCL Foods yang membuat produk serupa (Anonim, 2018b).

Penyebab outbreak tersebut adalah Listeria monocytogenes yang merupakan penyebab penyakit food-borne dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada individu beresiko seperti wanita hamil dan bayinya, lansia, dan individu dengan sistem imun lemah. Gejala penyakit meliputi demam, nyeri otot, dan masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami shock akibat septicaemia. Apabila infeksi menyebar ke sistem syaraf pusat maka akan menyebabkan meningitis dan meningoencephalitis dengan gejala yang akan muncul yaitu pusing, kekakuan leher, kejang, dan koma. Pada wanita hamil, bakteri dapat menembus barier plasenta dan menyebabkan keguguran, stillbirth, dan infeksi pada bayi (Scallan et al., 2011; Goulet et al., 2013; Ryser dan Buchanan, 2013).

Selain buah melon kuning dan polony, CDC (2018) mengungkapkan bahwa outbreak Listeria pernah terjadi akibat adanya kontaminasi pada sayuran beku, susu mentah, salad dalam kemasan, soft cheese, es krim, apel, tauge, dan keju. Spesies Listeria dapat ditemukan di air, tanah, hewan yang terinfeksi, kotoran manusia dan hewan, limbah mentah dan yang diolah, sayuran berdaun, limbah dari unggas dan fasilitas pengolahan daging dan susu mentah (yang tidak dipasteurisasi). Saat outbreak Listeria terjadi, epidemiolog sering kali mengalami kesulitan dalam menentukan sumber makanan penyebabnya karena masa inkubasi bakteri mencapai 11-70 hari dengan rata-rata 31 hari (Linnan et al., 1988; Goulet et al., 2013).

Pengendalian L. monocytogenes dalam makanan merupakan tantangan yang lebih besar dibandingkan kebanyakan patogen penyebab food-borne lainnya karena distribusi bakteri yang luas di lingkungan, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, termasuk pH rendah dan konsentrasi NaCl tinggi. L. monocytogenes memiliki kemampuan untuk bertahan hidup lama di lingkungan (tanah, tanaman, dan air), pada makanan, dan pabrik pengolahan makanan, serta kemampuan untuk tumbuh pada suhu rendah (2 sampai 4°C) serta bertahan hidup dalam biofilm dan permukaan makanan untuk periode yang lama di bawah kondisi buruk. Hal tersebut menjadikan bakteri ini sebagai perhatian utama industri makanan selama lebih dari 25 tahun (Ryser dan Buchanan, 2013).

Higiene dan sanitasi sangat penting terutama dalam pengolahan makanan untuk menghindarkan kita tertular agen patogen food-borne. Menurut Farber (2018) makanan yang terkontaminasi dengan Listeria akan memiliki penampakan, bau, dan rasa yang normal sehingga untuk menghindari infeksi maka kita perlu memeriksa tanggal kadaluwarsa pada makanan ready to eat (RTE). Setelah makanan dibuka dari kemasan, maka tanggal kadaluwarsa tidak berlaku lagi dan makanan tersebut harus dikonsumsi pada dua sampai tiga hari. Selain itu, kita juga perlu memastikan suhu kulkas (refrigerator) 4oC atau lebih rendah karena bila suhu melebihi itu maka listeria dapat tumbuh lebih cepat. Individu beresiko perlu menghindari konsumsi daging deli (kecuali dikeringkan dan diasinkan atau dipanaskan sampai mengepul panas), pâté dan daging oles (kecuali telah dibekukan atau dalam kemasan kaleng), hotdog (kecuali dipanaskan sampai mengepul panas), produk susu mentah atau tidak dipasteurisasi, termasuk keju lunak dan semi lunak seperti Brie dan Camembert serta salmon asap yang didinginkan. Oleh karena itu, kita perlu waspada dalam memilih makanan yang akan kita konsumsi. Dengan penyimpanan dan pengolahan makanan yang benar maka akan menghindarkan kita dari penyakit food-borne.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018a. Two More Cases Linked to National Listeria Outbreak. http://www.health.nsw.gov.au/news/Pages/20180306_00.aspx. Diakses 5 Mei 2018.

Anonim, 2018b. Listeriosis – South Africa. http://www.who.int/csr/don/28-march-2018-listeriosis-south-africa/en/. Diakses 5 Mei 2018.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2018. Listeria Outbreaks. https://www.cdc.gov/listeria/outbreaks/index.html. Diakses 5 Mei 2018.

Farber, J. 2018. How We Can Prevent More Listeria Deaths. https://news.uoguelph.ca/2018/02/can-prevent-listeria-deaths/. Diakses 5 Mei 2018.

Goulet, V., King, L.A., Vaillant, V. dan de Valk, H. 2013. What is the incubation period for listeriosis? BMC Infectious Diseases, 13: 11.

Linnan, M. J., Mascola, L., Lou, X. D., Goulet, V., May, S., Salminen, C., et al. 1988. Epidemic listeriosis associated with Mexican-style cheese. The New England Journal of Medicine, 319: 823-828.

Ryser, E. T. dan Buchanan, R. L. 2013. Listeria monocytogenes. Dalam Doyle, M. P. dan Buchanan, R. L. (Ed.). Food Microbiology: Fundamentals and Frontiers. Edisi ke-4. ASM Press. Washington, DC. Hal. 503-545.

Scallan, E., Hoekstra, R. M., Angulo, F. J., Tauxe, R. V., Widdowson, M., Roy, S. L., et al. 2011. Foodborne illness acquired in the United States – major pathogens. Emerging Infectious Diseases, 17: 7-15.

Ditulis Oleh :

Riyandini Putri (Mahasiswa S2 Sain Veteriner) dibawah bimbingan Dr.drh. Widagdo Sri Nugroho,MP

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.